Kalau ngomongin soal pernikahan adat Jawa, pasti yang kebayang pertama adalah kebaya anggun, kain batik megah, dan tentu saja riasan wajah yang khas banget, yaitu make up adat Jawa.
Tapi, tahukah kamu kalau riasan ini bukan cuma buat mempercantik penampilan? Di balik setiap garis paes, bentuk alis, sampai warna bibirnya, ada filosofi dan makna yang dalam banget, lho!
Di artikel ini kita akan kupas tuntas makna di balik make up adat Jawa, elemen-elemen pentingnya, sampai bagaimana riasan tradisional ini tetap bisa tampil elegan di era modern.
Yuk, simak sampai habis biar makin paham dan makin cinta sama budaya sendiri
Filosofi di Balik Make Up Adat Jawa
Riasan adat Jawa bukan cuma soal estetika. Setiap detailnya, dari ujung kepala hingga bahu, punya makna filosofis yang dalam, sebagai simbol harapan, doa, dan nilai-nilai luhur yang ingin dibawa dalam kehidupan rumah tangga.
Buat kamu yang penasaran, yuk kita berbagai elemen dalam make up adat Jawa dan filosofi di baliknya:
1. Penitis
Terletak di pelipis kanan dan kiri, penitis biasanya berbentuk titik kecil berwarna hitam. Sekilas mungkin terlihat sederhana, tapi maknanya cukup menyentuh. Penitis melambangkan air mata haru dan bahagia seorang pengantin wanita saat menjalani peralihan hidup, dari gadis menjadi istri.
Maknanya bukan sedih, ya, tapi justru menggambarkan rasa syukur dan ketulusan hati dalam menerima takdir serta harapan agar kehidupan baru berjalan penuh cinta dan kebahagiaan.
2. Godheg
Godheg adalah hiasan pipih yang ditempatkan di samping telinga dan mengikuti kontur kepala. Biasanya terbuat dari bahan seperti kuningan atau logam berwarna keemasan.
Selain mempermanis tampilan, godheg menyimbolkan kemampuan mendengar, bukan sekadar secara fisik, tapi juga secara batin.
Makna filosofisnya adalah seorang istri harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi suaminya, bijak menerima nasihat orang tua, dan mampu menanggapi kehidupan rumah tangga dengan hati yang terbuka.
3. Gunungan (Paes)
Ini dia bagian yang paling ikonik dari riasan adat Jawa: gunungan, yang juga dikenal sebagai paes. Bentuknya segitiga menyerupai gunungan dalam pewayangan, dipulas di dahi dengan warna hitam pekat.
Gunungan melambangkan awal kehidupan baru yang sakral, bagaikan panggung baru tempat cerita rumah tangga akan dimulai.
Selain itu, paes juga jadi simbol keteguhan hati, kewibawaan, dan kesiapan spiritual pengantin wanita dalam menjalani peran barunya sebagai istri.
Baca juga: 4 Inspirasi Make Up Adat Jawa Hijab, Anggun dan Syari
4. Makna Alis Menjangan
Dalam riasan adat Jawa, bentuk alis nggak dibuat asal-asalan. Alis biasanya ditarik panjang melengkung halus seperti tanduk rusa, itulah kenapa disebut “alis menjangan”.
Filosofinya, bentuk alis ini melambangkan kelembutan, kecermatan, dan kesabaran. Alis menjangan merepresentasikan karakter perempuan ideal dalam budaya Jawa: tenang, berpikir matang, dan mampu menjaga perasaan orang di sekitarnya.
5. Centhung
Centhung adalah hiasan berbentuk seperti tusuk kecil yang ditancapkan di dekat sanggul, biasanya ada dua. Bentuknya menyerupai antena atau cabang kecil.
Meskipun kecil, centhung punya makna filosofis yang kuat: simbol kewaspadaan dan intuisi. Sebagai istri, seorang wanita diharapkan memiliki “insting keenam” untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, peka terhadap perubahan, dan bijak dalam mengambil keputusan.
6. Sumping
Terletak di daun telinga bagian atas, sumping adalah aksesori berwarna emas atau perak yang biasanya berbentuk ukiran bunga atau dedaunan. Selain menambah kesan mewah, sumping juga punya makna dalam: simbol keindahan dan ketajaman pendengaran batin.
Sumping mengajarkan bahwa pengantin wanita sebaiknya tidak hanya cantik dari luar, tapi juga memiliki kepekaan dalam mendengar, memahami pasangan, dan menyeimbangkan suara hati dengan realita kehidupan.
7. Pengapit
Pengapit adalah pola kecil yang terletak di sisi kanan dan kiri paes utama. Bentuknya seperti lengkungan halus yang mengikuti garis dahi. Meski sering dianggap hanya sebagai hiasan pendukung, pengapit punya filosofi penting: menjaga keseimbangan dan harmoni.
Maknanya dalam kehidupan rumah tangga, kedua belah pihak (suami dan istri) harus saling menjaga, mendukung, dan menjadi penyeimbang satu sama lain. Jadi, bukan cuma soal cantik secara visual, tapi juga sebagai pengingat bahwa pernikahan butuh kerja sama dan saling memahami.
8. Cithak

Titik kecil berwarna hitam yang terletak tepat di tengah dahi ini disebut cithak. Meskipun ukurannya mungil, filosofi di baliknya cukup dalam. Cithak melambangkan mata batin, intuisi, dan ketenangan pikiran.
Dalam budaya Jawa, posisi cithak yang berada di pusat dahi juga dipercaya dapat menjadi penolak energi negatif, sekaligus penarik aura positif. Harapannya, pengantin bisa menjalani hidup dengan pikiran jernih dan hati yang bersih.
9. Penunggul (atau Gajahan)
Penunggul adalah bagian terbesar dari paes, terletak di bagian tengah atas dahi. Bentuknya menyerupai gunungan yang lebih tinggi dan mencolok dibandingkan bagian paes lainnya.
Filosofinya, penunggul melambangkan kebesaran jiwa dan kesiapan untuk menjadi sosok pemimpin dalam keluarga. Dalam budaya Jawa, istri bukan hanya pendamping, tapi juga pilar utama dalam membentuk rumah tangga yang kuat dan harmonis.
10. Kelat Bahu
Aksesori yang dikenakan di lengan atas ini biasanya berbentuk seperti gelang besar berwarna emas. Selain mempercantik tampilan, kelat bahu memiliki makna simbolis: kekuatan, keteguhan, dan tanggung jawab.
Sebagai istri dan calon ibu, seorang wanita diharapkan mampu memikul tugas dan peran dengan bijak. Kelat bahu juga mencerminkan kesiapan secara fisik dan mental dalam menjalani dinamika rumah tangga.
11. Kalung Sungsun
Kalung ini biasanya terbuat dari rangkaian melati atau bunga lainnya yang disusun bertingkat. Bentuknya yang berlapis dan menjuntai ke bawah bukan hanya indah, tapi juga punya makna tersendiri.
Kalung sungsun melambangkan ketulusan cinta dan pengabdian. Tiap susunan bunga menggambarkan lapisan harapan agar rumah tangga selalu harum namanya, penuh cinta, dan diberkahi kebahagiaan dari waktu ke waktu.
12. Cunduk Mentul

Siapa sih yang nggak kenal cunduk mentul? Hiasan kepala satu ini terdiri dari beberapa batang panjang yang ditempatkan di bagian belakang sanggul, biasanya bergerak saat pengantin berjalan. Dari situlah asal nama “mentul”.
Maknanya sangat cantik: kelembutan, keanggunan, dan keluwesan seorang wanita dalam menjalani perannya. Gerakannya yang lembut dan lentur mencerminkan fleksibilitas dan kecerdasan emosional dalam menghadapi dinamika kehidupan rumah tangga.
13. Kalung Roncean Melati
Roncean melati biasanya menggantung dari sanggul atau dikenakan di bahu, memberikan aroma harum dan tampilan yang elegan. Tapi bukan cuma itu, roncean melati juga melambangkan kesucian, kerendahan hati, dan keharuman budi pekerti.
Melati sebagai bunga utama dalam riasan pengantin Jawa selalu dianggap sebagai lambang keanggunan dan keikhlasan. Harapannya, pengantin bisa menjadi pribadi yang harum namanya di keluarga maupun di masyarakat.
Baca juga: 10 Macam Make Up Adat Tradisional, Sarat Makna & Keindahan
Kenapa Perlu Profesional untuk Riasan Adat?
Melihat betapa dalamnya makna di balik setiap elemen make up adat Jawa, kita jadi paham kalau riasan ini bukan sekadar soal “kelihatan cantik”. Ada filosofi yang harus dijaga, ada bentuk-bentuk yang harus tepat, dan ada simbol yang kalau sampai salah penempatan, bisa mengubah maknanya secara keseluruhan.
Inilah kenapa riasan adat nggak bisa dikerjakan oleh sembarang orang. Dibutuhkan make up artist yang:
- Paham betul filosofi dan tata cara riasan adat Jawa.
- Teliti dalam membentuk detail seperti paes, penitis, hingga cithak.
- Bisa menyesuaikan riasan dengan bentuk wajah, warna kulit, hingga karakter si pengantin.
Satu hal lagi yang penting: pengantin itu nggak boleh stres di hari besarnya. Bayangin kalau kamu harus bolak-balik ke salon, atau make up artist-nya datang telat, atau hasil riasannya nggak sesuai harapan. Wah, bisa bikin mood langsung drop.
Merawat Tradisi Lewat Sentuhan Rias yang Bermakna
Make up adat Jawa bukan sekadar warisan estetika, tapi juga cermin filosofi hidup yang sarat makna.
Setiap detailnya, dari paes, cithak, alis menjangan, hingga cunduk mentul, mengandung pesan tentang kesucian, kehormatan, dan kesiapan menjalani kehidupan baru.
Di era modern, merawat tradisi bukan berarti menolak kemajuan. Justru, teknologi bisa menjadi jembatan untuk tetap menghargai budaya dengan cara yang relevan, termasuk dalam hal riasan adat.
Jika kamu sedang merencanakan momen spesial dan ingin tampil anggun dengan sentuhan adat Jawa yang otentik, Jazella hadir sebagai solusi praktis dan elegan. Lewat layanan beauty on-demand, kamu bisa memanggil make up artist profesional langsung ke tempatmu tanpa repot.
Tim Jazella juga paham betul makna di balik setiap elemen adat, dari pilihan gaya paes, tatanan sanggul, hingga penempatan aksesori seperti cunduk mentul yang pas.
Klik di sini untuk tanya gratis atau langsung booking. Karena tradisi layak dirayakan, dan kamu layak tampil istimewa.